Pages

Sunday, March 27, 2011

Jeles???

“Ketika saya sedang merayakan 3 bulan saya berpacaran, teman saya memberitahukan bahwa saat ini ada 3 laki – laki yang menyukai pacar saya… ketika saya tanyakan, pacar saya pun tidak membantahnya … hati saya cemburu sampai saat ini walaupun cewe saya tidak menyukai 3 orang cowo tersebut tetap saja suatu-waktu dia bisa pergi meninggalkan saya dan jadian dgn salah satu dr mereka.”

Suka atau tidak, banyak dari kita pernah mengalami perasaan seperti pada kutipan diatas. Entah karena kita merasa ada orang lain yang dekat dengan orang yang kita sayangi, entah pasangan kita sedang ‘agak jauh’ dengan kita, atau pasangan yang sedang tenggelam dalam kesibukannya. Meskipun berbeda, pada intinya garis besar perasaan yang muncul adalah sama: individu takut akan kehilangan yang dikasihi nya karena adanya ‘pihak ketiga’.

Saat individu merasa bahwa ‘pihak ketiga’ muncul, sadar tidak sadar pihak ketiga tersebut akan mempengaruhi hubungan yang berlangsung. Teman, orangtua, mantan suami / istri, mantan kekasih, anak dari pernikahan sebelumnya, bahkan kesibukan dapat dikategorikan sebagai pihak ketiga. Diantara para pihak ketiga tersebut, mantan kekasih merupakan yang paling berpotensi mempengaruhi hubungan yang sedang dijalani. Biasanya salah satu pihak akan merasa bahwa pasangan lebih ‘memilih’ mantan kekasihnya dibanding pasangannya saat ini. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya pada artikel http://ruangpsikologi.com/mantan-kekasih-yang-sulit-dilupakan , mantan kekasih dipersepsikan lebih mudah untuk dihubungi, tidak terkecuali untuk dijadikan pasangan selingkuh.

Ketika mengalami cemburu, individu yang sedang merasa terancam akan menampilkan beberapa perilaku tertentu, seperti menjadi murung, muncul rasa ingin tahu yang kadang berlebihan terhadap pasangan, serta perilaku agresif. Sering meng – sms menelpon pasangan secara terus menerus, mencurigai setiap telepon di handphone pasangan karena rasa cemburunya tersebut.

Di sisi lain, pasangan yang merasa dicurigai secara berlebihan bukan tidak mungkin akan menarik diri. Keadaan akan semakin buruk karena disatu sisi pasangan merasa dicurigai sedangkan disisi lain pasangan masih merasa terancam keberadaannya. Jika dibiarkan terus menerus tanpa ada usaha untuk mengomunikasikannya, maka akan timbul frustasi, putus asa, bahkan kekerasan.

Perilaku – perilaku cemburu tersebut tentu dilakukan oleh pria dan wanita. Meskipun demikian, bentuk dan penyebab cemburu dirasakan berbeda oleh pria dan wanita. Selama ini sejarah menjelaskan bahwa wanita merupakan ‘property’ miliki pria. Hal tersebut ternyata dirasakan tidak terlalu banyak berubah, ketika pria merasa cemburu mereka merasa bahwa seseorang akan mengambil apa yang sudah menjadi miliknya. Sebaliknya, wanita diasumsikan sebagai individu yang lemah dan akan bergantung pada pria, oleh sebab itu rasa cemburu wanita muncul saat mereka merasa takut kehilangan kesejahteraan serta keamanan yang diberikan oleh pasangannya.

Penelitian – penelitian menunjukkan bahwa cemburu terbagi kedalam beberapa tingkatan:

Yang pertama adalah cemburu yang lumrah. Pada tahap ini, individu merasa terancam karena hal lain diluar hubungannya. Pada tahap ini, individu yang merasa cemburu mampu mengontrol perasaannya tersebut sehingga hubungan yang dijalani tidak terlalu berpengaruh.

Yang kedua adalah ketika individu merasa cemas terus menerus dan menjadi obsesif terhadap pasangan. Hal ini dapat terjadi karena di masa lalu, pihak yang cemburu pernah merasa tersakiti. Perasaan pernah tersakiti tersebut membuatnya merasa lebih berhati – hati sehingga sering membuatnya cemas. Untuk mengurangi perasaan tersebut individu akan melakukan berusaha untuk selalu mengetahui keberadaan pasangannya serta jika memungkinkan akan terus bersama pasangannya tersebut.

Yang ketiga adalah sindrom Othello’. Pada tahap ini, individu mengalami yang lazim dikatakan ‘cemburu buta’. Individu akan mengalami pikiran yang tidak berdasar, irasional, dan paranoid bahwa pasangannya memiliki pasangan lain. Individu juga tidak akan peduli meskipun pada kenyataannya tidak ada bukti yang menunjukkan hal tersebut.

Menghadapi rasa cemburu bukanlah sesuatu yang mudah. Meskipun telah berusaha maksimal, tidak sedikit hubungan yang gagal karena perasaan cemburu. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, seperti salah satu pihak tidak mau mengalah, salah satu pihak merasa paling benar, dan sebagainya. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa metode yang dapat kita pergunakan adalah:

Bersama pasangan kita membuat daftar apa saja yang dapat memicu cemburu tersebut muncul. Kemudian dari daftar tersebut kita membuat urutan mana saja yang paling memicu cemburu sampai yang paling tidak memicu cemburu.
Berlatih membuat bagian tubuh tertentu menjadi rileks.
Berlatih untuk menjaga tubuh kita tetap rileks sambil membayangkan perilaku apa saja yang ada dalam list no 1 diatas. Ketika membayangkan suatu perilaku dan kita tidak mampu rileks, maka kita kembali melakukan relaksasi seperti pada nomor 2.
Setelah membuat perilaku yang dapat memicu rasa cemburu. Buatlah daftar perilaku apa saja yang membuat kita merasa bahagia. Kemudian urutkan mana yang paling berpengaruh sampai yang paling tidak berpengaruh.
Setelah mengurutkan dari yang paling berpengaruh sampai yang paling tidak berpengaruh, berikanlah skor pada setiap perilaku di daftar no 4 diatas. Ketika pasangan mencapai skor tertentu berikanlah semacam hadiah (yang telah disepakati bersama) untuk kedua belah pihak.
Metode diatas tentu saja tidak memiliki tingkat keberhasilan seratus persen dalam mengatasi masalah cemburu. Namun demikian, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, membangun kepercayaan merupakan hal utama yang harus dilakukan pasangan. Membayangkan berada diposisi pasangan diharapkan dapat membantu mengatasi rasa cemburu. Tidak hanya itu, walaupun sulit, bangunlah komunikasi sebaik mungkin sehingga perlahan rasa percaya tersebut muncul kembali.

Nova JoNo Ariyanto

Sumber:

Pines, A. M. 1992. Romantic Jealousy. Psychology Today; MAR 1992; 25, 2; ABI/INFORM Global page 48.

Scheinkman, M. & Werneck, D. 2010. Disarming Jealousy in Couples Relationships: A Multidimensional Approach. Family Process; Dec 2010; 49, 4; Academic Research Library pg. 486



No comments:

Post a Comment

browser info

IP

technorati

Add to Technorati Favorites