Pages

Sunday, March 27, 2011

Lucid Dream, What is that?

Pada tahun 2010, bioskop Indonesia sempat dihadiri oleh film karya Christoper Nolan yang berjudul Inception. Singkatnya, film ini bercerita tentang Dom Cobb yang mencoba mengambil informasi dengan cara masuk ke dalam alam mimpi dan menginsepsi pikiran korbannya. Untuk bisa masuk dan menginsepsi, tentunya Dom Cobb harus sadar ia bermimpi. Tapi apakah betul manusia bisa sadar saat ia sedang bermimpi?

Dalam psikologi, nyatanya ada beberapa individu yang menyadari bahwa ia tahu ia sedang bermimpi. Aktivitas mental seperti ini dinamakan lucid dream. Lucid dream dapat terjadi melalui dua cara: dream-initiated lucid dream (DILD) yaitu saat manusia mengalami mimpi seperti biasa kemudian ia menyadari bahwa ia sedang bermimpi dan wake-initiated lucid dream (WILD) yaitu manusia sadar ia bermimpi semenjak ia dalam fase bangun hingga di alam mimpi. Inception adalah contoh dari WILD ini.

Konsep yang dikemukakan Frederik van Eden tentang individu mengontrol mimpi tersebut memang bertolak belakang dengan pandangan umum. Selama ini, penelitian menunjukan bahwa mimpi merupakan sebuah pengalaman mental orang yang sedang tidur yang terjadi begitu saja dan tanpa tujuan (Domhooff, 1996). Mimpi dilihat sebagai hal yang misterius, pasif, dan aktivitas mental yang diproduksi oleh bagian otak yang mengatur tentang tidur (Flanaga, 2000; Hobson, 2002; Windt & Metzinger, 2007). Selain itu, para pemimpi dilihat memiliki kemampuan yang sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali untuk mengendalikan kejadian-kejadian yang terjadi saat mimpi. Hobson’s (2002) menjelaskan—“secara normal kita kehilangan … kesadaran merefleksi diri; kita tidak sadar dimana kita berada; kita tidak dapat mengendalikan pikiran-pikiran kita; dan kita tidak bisa melakukan penilaian kritis” (hal 141)— secara eksplisit mengasumsikan bahwa sebagai besar orang dewasa mengalami pengalaman mimpi tanpa sadar bermimpi tersebut. Maka, eksistensi lucid dream, adalah dimana individu sadar bahwa ia sedang bermimpi dan mampu mengendalikan tindakan di dalam mimpi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Schredl dan Erlacher (2004) ditemukan bahwa 82% dari partisipan pernah mengalami lucid dream setidaknya satu kali seumur hidup dan hampir 37% dilaporkan mengalami lucid dream setidaknya satu bulan satu kali. Individu yang memiliki keterlibatan lebih tinggi terhadap teknologi (seperti video games) dikatakan lebih sering mengalami lucid dreams dibanding individu lain (Gackenback, 2006, 2009). Lucid dream juga lebih sering dialami pada dewasa muda, sebagaimana pengalaman banyak dewasa muda yang dapat dengan mudah menghubungkan beberapa pengalaman sadar yang dikendalikan pada saat terbangun.

Individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda, terutama wanita lebih mempercayai kemungkinan mengendalikan mimpi (Woolley & Boerger, 2002) . Lalu penelitian selanjutnya setelah Woolley dan Boerger menemukan adanya hubungan gender, pengalaman mimpi, kepercayaan tentang mimpi, dan struktur batas. Sekitar 165 mahasiswa (68 perempuan) mengisi kuesioner Control of Dreams Questionnaire dan Dream Experiences Interview-nya Wolley dan Boerger dan ditemukan bahwa sekitar 94% responden berusaha untuk mengendalikan mimpinya, 70% responden menjelaskan setidaknya ada satu yang episode mimpi yang berhasil kontrol, dan 80% yakin bahwa orang lain dapat mengendalikan mimpinya dalam situasi tertentu. Perempuan dilaporkan memiliki keberhasilan mengendalikan mimpi daripada laki-laki.

Lucid dream ini dijadikan treatment untuk mengurangi mimpi buruk. Dalam penelitian Antonio L. Zadra tahun 1997 dilakukan dalam 5 studi kasus. Penelitian yang berlangsung selama satu tahun ini menunjukkan bahwa 4 orang sudah tidak mengalami mimpi buruk dan 1 orang mengalami penurunan intensitas dan frekuensi mimpi buruk. Hasil ini mendukung ide bahhwa treatment menggunakan lucid dream ini dapat menjadi dasar dari terapetik.

Ada sebuah teknik mudah dari beragam teknik agar individu bisa mengalami lucid dream yaitu teknik Stephen LaBerge’s Mnemonic Induction of Lucid Dreaming (MILD).

a. Pasang alarm Anda untuk membangunkan 4.5, 6, atau 7.5 jam setelah tidur

b. Ketika Anda terbangun karena alarm, cobalah untuk mengingat mimpi yang telah Anda lalui sebanyak mungkin

c. Ketika Anda berpikir bahwa Anda dapat mengingat banyak, kembali ke tempat istirahat, imajinasikan Anda berada di mimpi sebelumnya dan menjadi sadar (aware) terhadap apa yang sedang dimimpikan. Bilang kepada diri Anda, “Saya akan sadar ketika saya bermimpi,” atau hal-hal lainnya. Lakukan hal ini hingga Anda hingga Anda benar-benar tenggelam di dalamnya lalu pergi tidur

d. Jika ada pemikiran-pemikiran yang secara acak keluar ketika Anda mencoba untuk tidur, ulangi berimajinasi, beri sugesti pada diri, dan cobalah terus menerus. Jangan khawatir jika Anda memerlukan waktu yang lama untuk ini. Semakin lama waktu yang dibutuhkan, maka Anda akan jatuh tenggelam di dalamnya dan Anda akan merasakan lucid dream.

Selamat berpetualang di dunia mimpi!

Sumber:

Boerger, Elizabeth A., 2009. Associations among boundary structure, gender, and beliefs about control of dreams. Dreaming, Vol 19(3), Sep, 2009. pp. 172-186. US: Educational Publishing Foundation

Zadra, Antonio L. 1997. Lucid Dreaming as a Treatment For Recurrent Nightmares. Psychotherapy and Psychosomatics, Vol 66(1), Jan-Feb, 1997. pp. 50-55. Switzerland: Karger


No comments:

Post a Comment

browser info

IP

technorati

Add to Technorati Favorites