Pages

Tuesday, December 2, 2008

KAZUMI MATSUSHIGE, Ciptakan Mobil Ramah Lingkungan dari Bambu

ImageKazumi Matsushige sukses mengembangkan konsep teknologi berbasis pemanfaatan sumber daya alam.

BERSAMA para peneliti di Venture Business Laboratory Universitas Kyoto Jepang, baru-baru ini dia menciptakan mobil bambu atau dikenal dengan bamgoo. Bamgoo merupakan mobil yang terbuat dari bambu dan digerakkan dengan energi listrik.

Matsushige mampu membuktikan kepada dunia bahwa bambu tidak hanya digunakan sebagai meja dan kursi semata. ”Kita berusaha menciptakan teknologi yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah,” paparnya kepada situs berita Japan Probe belum lama ini. Bamgooyang dipamerkan di Kyoto, Jepang, pada 14 November lalu memiliki berat keseluruhan 60 kg.Mobil ini memiliki panjang 2,7 meter, lebar 1,3 meter,tinggi 1,65 meter,dan hanya menyediakan satu tempat duduk bagi pengendaranya.

Bamgoo dapat menempuh jarak 50 km untuk satu kali isi ulang tenaga listrik. Menurut Matsushige, bamgoo merupakan mobil yang didesain khusussehingga aman bagi pengendaranya. Dia menjamin orang yang mengendarai bamgoo akan merasa nyaman dengan desain dan teknologi dari bambu.

Dalam teknologi modern, kata Matsushige, keselamatan merupakan faktor penting yang tidak boleh ditinggalkan. Sebagai Kepala Venture Business Laboratory, Matsushige merupakan pengambil kebijakan sehingga menjadi figur kunci bagi setiap penelitian dan penemuan teknologi baru. Lembaga itu memang fokus pada pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Menurut Matsushige,orang yang peduli pada lingkungan tidakharusjauhdariteknologi. ”Pedulidenganlingkungantak harus menggunakan sepeda. Tapi, kembangkanlah imajinasi dan pemikiran untuk menciptakan teknologi demi terciptanya lingkungan yang sehat,”katanya.

Dalam laporan The New York Times disebutkan, penemuan bamgoo merupakan bukti bahwa produk ramah lingkungan semakin meluas ke sektor teknologi. Jika dijual ke pasar, bamgoo diprediksi akan sangat diminati konsumen. Produk bamgoo ini selaras dengan harapan Asosiasi Transportasi Lingkungan (ETA).

Sebelumnya,ETA menyarankan agar industri automotif di berbagai negara mulai menggunakan produkproduk alam seperti kayu, bambu, kulit kacang, dan jerami. Dengan pengolahan teknologi modern, bahan-bahan itu bisa lebih berkualitas dibandingkan dengan besi ataupun logam.

Matsushige mendirikan Kyoto University Venture Business Laboratory (KUVBL) pada 1995 dengan bantuan dana dari pemerintah. Pendirian KU-VBL bertujuan mendorong penelitian yang lebih kreatif dalam pengembangan produk oleh para peneliti dan mahasiswa.

”Penelitian yang kita lakukan untuk mengembangkan teknologi di masa depan,”ujarnya. Dia menuturkan, teknologi di masa depan berfondasi pada kreativitas. Sementara kreativitas berpangkal dari imajinasi dan mimpi.”Orang yang kaya dengan imajinasi dan mimpi adalah anak muda,”katanya.

KU-VBL mendorong para peneliti untuk mengembangkan imajinasi dan mimpi yang kemudian digabungkan dengan kajian ilmiah. Dengan demikian,semua hasil penemuan KU-VBL merujuk pada dunia masa depan. Menurut Matsushige, industri modern kini pun banyak bergantung pada teknologi kreatif. Kendati begitu, Matsushige tidak hanya mendorong mahasiswa dan alumnus Universitas Kyoto untuk melakukan penelitian ilmiah.

Dia juga mendorong mahasiswanya untuk membangun bisnis mandiri meski dalam skala lokal.Para alumnus yang telah menjadi pengusaha didorong untuk membentuk konsorsium demi mempermudah manajemen dan ekspansi bisnis mereka. Matsushige mengatakan, hingga saat ini jaringan alumnus dan mahasiswa Universitas Kyoto telah memiliki 16 kelompok bisnis.Kelompok atau konsorsium itu akan mendorong para mahasiswa untuk mengembangkan semangat kewirausahaan.

”Memang sebagian besar bisnis jaringan alumnus itu lebih fokus pada teknologi,” ujarnya kepada Japan Times. Matsushige juga berusaha mendorong teknologi agar lebih mudah berkembang di Kyoto. Dia bermimpi kota itu bakal menjadi seperti Silicon Valley di California,Amerika Serikat. Jika sejarah menunjukkan bahwa 1.200 tahun lalu Kyoto dikenal sebagai pusat keramikdanseniman,kinitempat itu berubah menjadi pusat industri peranti lunak dan teknologi tinggi.

Bagi Matsushige, sebuah kota menjadi faktor penting bagi para peneliti untuk mengembangkan ide cemerlang dan bersaing demi menciptakan teknologi. Selain kota,menurut Matsushige, peran universitas juga berpengaruh. Dia pun membanggakan almamaternya, Universitas Kyoto, yang telah memiliki empat dari lima peraih Nobel yang berasal dari Jepang.

No comments:

Post a Comment

browser info

IP

technorati

Add to Technorati Favorites