Pages

Tuesday, December 2, 2008

Kontrofesi Thailand


Rakyat bertikai, warga asing yang menderita. Begitulah situasi di Bangkok dalam seminggu terakhir. Blokade dua bandara internasional, Don Muang dan Suvarnabhumi, oleh demonstran sejak Senin (24/11) membuat ibu kota Thailand itu menjadi perangkap raksasa bagi hampir 10.000 warga asing, termasuk 305 warga negara Indonesia (WNI).

Sampai kemarin (1/12), pendudukan masih berlangsung. Bahkan, jumlah demonstran yang dikoordinasi koalisi antipemerintah, Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD), semakin besar. Sebab, ratusan pengunjuk rasa yang berdemo di kantor PM Somchai Wongsawat sejak Agustus lalu ikut bergabung dengan rekannya di dua bandara tersebut mulai tadi malam. Mereka merasa demo di kantor pemerintah sudah tidak aman sejak ledakan granat yang melukai 50 demonstran pada Sabtu (29/11).

Mengutip situs Bangkok Post, blokade terhadap pintu masuk-keluar Thailand sampai batas waktu tak menentu itu mulai membuat gusar pemerintah negara yang warganya telantar. Mereka mengirimkan pesawat-pesawat penjemput untuk memulangkan warganya yang terjebak. Total ada 88 maskapai dari puluhan negara yang terjebak di Suvarnabhumi. Mulai kemarin, sekitar 40 maskapai diperbolehkan terbang tanpa penumpang oleh demonstran.

Tak ingin semakin dibuat malu oleh rakyatnya, pemerintah Thailand terpaksa memperbolehkan penggunaan bandara militer angkatan udara Utha Pao, 190 km dari Bangkok, sebagai bandara internasional alternatif. Bandara Phuket juga membuka layanan penerbangan internasional sampai Don Muang dan Suvarnabhumi pulih.

Tiongkok menerbangkan tujuh pesawat carter untuk mengangkat 2.000 sampai 3.000 warganya pulang sejak Sabtu (29/11). Kantor berita Xinhua menjelaskan, pesawat penjemput pertama sudah mendarat di Shanghai, Minggu pagi. Presiden Filipina Gloria Arroyo juga memerintah Deplu membawa ratusan warganya ke Chiang Mai di Thailand Utara dan menerbangkan mereka ke Manila.

Maskapai Jepang, Japan Airlines dan All Nippon Airways, bekerja sama menggunakan bandara militer angkatan udara Utha Pao untuk mengangkut turis Jepang pulang. Begitu juga, Spanyol mengirimkan tiga pesawat komersial, dua pesawat militer, dan sebuah pesawat carter bagi 300 warganya yang terjebak.

Bagaimana dengan Indonesia ? Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan, di antara 305 WNI yang berada di Bangkok, 110 orang sudah kembali ke tanah air kemarin. ''Sisanya diusahakan oleh pemerintah Thailand dan Dubes menggunakan airlines yang lain, baik ke Jakarta maupun via Kuala Lumpur,'' jelasnya dalam jumpa pers kemarin.

Dalam siaran pers, PT Garuda Indonesia (Garuda) akan menerbangkan para penumpang yang saat ini masih tertahan di Bangkok dengan penerbangan khusus melalui bandara militer Utha Pao pada 3 dan 5 Desember 2008. Penjemputan itu menggunakan pesawat B-737 800 berkapasitas 160 tempat duduk.

VP Corporate Secretary Garuda Pujobroto menjelaskan, kedua penerbangan tersebut akan berangkat pukul 01.50 waktu setempat dan tiba di Jakarta pukul 05.20. ''Dengan dua penerbangan yang berkapasitas 320 tempat duduk tersebut, diharapkan 305 warga negara Indonesia yang saat ini masih berada di Bangkok segera kembali ke tanah air,'' ungkapnya.

Dia menuturkan, para calon penumpang bisa melakukan check-in di Bitech Expo (Kawasan Bangna), yaitu lokasi khusus yang disiapkan pemerintah untuk melakukan check-in bagi seluruh penerbangan. Dari Bitech Expo, para calon penumpang akan diangkut bus khusus menuju Bandara Utha Pao. ''Mereka yang tidak pegang tiket Garuda bisa juga terbang dengan Garuda Indonesia ke Jakarta, selama tempat duduk masih tersedia,'' katanya.

Thailand saat ini di ambang konflik terbuka antara kelompok antipemerintah yang mengenakan pakaian kuning dari Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) melawan kelompok propemerintah yang memakai busana merah dari Front Demokrasi Bersatu Melawan Kediktatoran (UDD).

Di satu sisi, PAD menginginkan pembersihan total kroni-kroni mantan PM Thaksin Shinawatra dari pemerintahan. Di sisi lain, UDD ingin mempertahankan PM Samchai Wongsawat yang saat ini berkuasa. Somchai merupakan ipar Thaksin, sosok yang sangat dibenci PAD.

PAD kukuh memutus Thailand dari dunia luar sampai PM Somchai mengundurkan diri. ''Apa pun yang terjadi, kami tetap berjuang,'' tegas Chamiong Srimuang, pemimpin senior PAD, kemarin.

Tak mau kalah, massa UDD yang mengidolakan mantan PM Thaksin Shinawatra yang mencapai 4.000 orang berkumpul di Balai Kota Bangkok pada Minggu (30/11) untuk menandingi demonstrasi kelompok PAD yang menutup serta menduduki dua bandara terpenting di Thailand.

Massa UDD mengenakan kaus dan ikat kepala merah bertulisan No Coup atau ''Jangan Ada Kudeta''. ''Kami berkumpul di sini (Balai Kota Bangkok) untuk melindungi sistem demokrasi, untuk mengatakan bahwa kami tidak ingin kudeta,'' ujar Jatuporn Prompan, juru bicara massa berbaju merah. Dia menegaskan bahwa mereka akan bertahan sampai Kamis (4/12).

No comments:

Post a Comment

browser info

IP

technorati

Add to Technorati Favorites