Pages

Tuesday, December 9, 2008

peringatan idul adha


IBADAH SALAT ID Ribuan umat Islam melaksanakan salat Idul Adha bersama Presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla di Masjid Istiqlal, Jakarta, kemarin. Khatib Muhammad Nuh menyampaikan, Idul Adha selayaknya dimaknai sebagai momen menumbuhkan keteladanan.

JAKARTA (SINDO) – Peringatan Hari Raya Idul Adha dimaknai sebagai momen untuk menumbuhkan keteladanan. Pada skala kehidupan yang lebih besar,Allah telah mengutus para nabi dan rasul untuk mengajarkan prinsip-prinsip tauhid sebagai landasan kehidupan.

”Para nabi dan rasul tersebut tidak hanya mengajarkan risalah kenabian,tetapi sekaligus sebagai model referensi, membangun tradisi profetik yang dapat dijadikan sebagai kecontoh-teladanan bagi kita semua dalam membangun bangsa dan negara,” ujar khatib Muhammad Nuh saat salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Jakarta,kemarin. Muhammad Nuh, menteri komunikasi dan informatika itu, melanjutkan bahwa Nabi Ibrahim telah memberikan contoh dan teladan paling tidak tentang pentingnya pengenalan hujjah—alasan rasional di dalam proses mencari kebenaran— atau pendekatan.

Namun akhirnya harus ditutup dengan kepatuhan dan ketundukan secara total. Nuh menambahkan,ketertundukan itu bukan berarti hilangnya rasionalitas menjadi irasional. Di balik rasionalitas ada yang transrasional,pentingnya membangun dalam skala generasi ke generasi, dengan pendekatan yang berbasis pada tiga hal,yaitu tilawah, ta’allim, dan tazkiyah sebagaimana diungkapkan dalam doa Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail.

”Doa tersebut dikabulkan Allah 2.600 tahun kemudian dengan mengutus Muhammad SAW dengan empat pendekatan,yaitu tilawah, tazkiyah, ta’allim dan mengajarkan keilmuan dalam perspektif ke depan,” paparnya. Pendekatan-pendekatan tersebut merupakan langkah yang utuh untuk menjawabkompleksitaspersoalanyang dihadapi umat manusia sekaligus dapat dijadikansebagailandasandalammembangun, mengembangkan dunia pendidikan, sertapentingnya menanamkan kepada diri dan generasi penerus untuk senantiasa menegakkan salat.

Di samping Nabi Ibrahim, ada pula sosok Nabi Ayyub telah memberikan contoh-keteladanan dalam bidang kesabaran, Nabi Sulaiman telah memberikan contoh-keteladanan dalam bidang kesyukuran. Puncaknya, keteladanan diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Muhammad Nuh juga melanjutkan, proses ibadah haji dimaknai sebagai simbolisasi perjalanan menuju Allah SWT. Ibadah haji adalah ibadah yang penuh pergerakan, sangat dinamis dalam dimensi posisi ruang dan waktu.

Salat Idul Adha di Masjid Istiqlal kemarin dihadiri pula oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta keluarga dan Wapres Jusuf Kalla beserta beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Imam salat kemarin adalah wakil pimpinan masjid, Syarifuddin Muhammad. Seusai salat berjamaah Presiden dan Wapres menyerahkan hewan kurban, masing-masing seekor sapi seberat 1,4 ton.

Hewan kurban Presiden dan Wapres di terima langsung oleh panitia pelaksana kurban Masjid Istiqlal, yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Imam besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub. Pada Idul Adha tahun ini, Masjid Istiqlal menerima hewan kurban 15 ekor sapi dan 218 ekor kambing. Dua ekor sapi yang diserahkan oleh Presiden dan Wapres ke pengurus Masjid Istiqlal ditempatkan secara khusus di bawah atap tenda merah putih atau terpisah dengan hewan kurban lain.

Pelaksanaan Jumrah

Sementara itu,jamaah haji kemarin memulai ibadah jumrah di Mina.Namun, arus kepulangan jamaah haji dari lokasi pelemparan jumrah aqabahdi Mina ke tenda-tenda penampungan terlihat kurang koordinasi dan amburadul. Banyak jamaah tersesat saat menuju tenda-tenda penampungan.

Tidak hanya jamaah asal Indonesia,jamaah dari negara lain pun mengalami kesulitan menemukan tenda-tenda penampungan mereka. Penyebabnya adalah bentuk tenda yang sama,membludaknya jamaah,jarak tempuh yang relatif jauh, dan pemandu (mursyid) yang tidak hafal lokasi tenda jamaah yang dipandunya. Salah satu rombongan jamaah yang tersasar adalah jamaah asal Lampung (kloter 31) yang dibimbing dua petugas atau pemandu, masing-masing dengan tanda nomor 15/1 dan 15/2.

Seusai pelontaran jumrah aqabah di Mina yang berjarak sekitar10kilometerdaritenda penampungan mereka, para jamaah asal Lampung tersebutkebingunganmencariarus jalan kembali.Jalanan di Kota Mina sudah dipadati jamaah dan bus pengangkut. Hal ini membuat rombongan terbagi menjadi dua. Kelompok yang dipandu petugas 15/1 tersasar sampai ke perbatasan Mina-Muzdalifah, sementara yang dibimbing petugas 15/2 tersasar ke jalan layang.

Mengetahui kondisi ini, para jamaah tersebut memutuskan berbalik arah. Namun, hal itu justru tidak semakin baik.Sebab,pemandu terkesan tidak memerhatikan jamaah dan berjalan dengan cepat.Padahal, banyak jamaah yang sudah berusia tua dan kelelahan. Akibatnya, rombongan menjadi terpencar. Ada yang terpisah antara suami-istri, antaranggota kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), dan banyak yang baru tiba di perkemahan siang hari.

Ketidakpedulian pemandu nyaris memicu pertengkaran dengan jamaah dan pengurus KBIH. Sebab, pemandu sering bertanya kepada polisi di mana alamat tenda penampungan jamaah mereka. Padahal, jamaah sudah dalam kondisi capai yang luar biasa akibat belum istirahat sejak pelaksanaan wukuf di Padang Arafah. Para jamaah yang tersasar banyak ditemukan berkerumun melihat peta di sudutsudut jalan.

Bahkan,tidak sedikit pula yang terus bertanya kepada petugas,baik saat akan berangkat maupun pulang dari melempar jumrah. Murni bin Malikin, 75, seorang anggota jamaah asal Sekincau, Lampung Barat, dari kloter 32 maktab 18,misalnya, tersasar ke maktab 44 DKI Jakarta karena terpisah dari rombongan.Untung dia segera diantarkanke kloterolehjamaah Lampung yang lain.

Seusai melontar jumrah aqabah di Jamarat, sekitar pukul 03.00 waktu setempat, jamaah umumnya sudah melakukan tahallul awal dengan memendekkan rambut, banyak pula yang langsung cukur gundul,serta setelah tiba di tenda, jamaah laki-laki sudah boleh melepas pakaian ihram. Setelah wukuf di Arafah, mabit, dan mengambil kerikil di Muzdalifah pada Minggu tengah malam,jamaah yang sudah tiba di Mina langsung melontar jumrah aqabah di Jamarat pada Senin dini hari.

Selanjutnya akan tetap di Mina untuk melanjutkan melontar jumrah ula,wustha, dan aqabah, dua sampai tiga hari ke depan. Setelah itu, mereka akan kembali ke Mekkah untuk melakukan tawaf ifadah, sa’i, tahallul akhir (tsani) dan tawaf wada (pamit). Setelah itu dilanjutkan ke Madinah untuk melakukan salat Arbain dan ziarah, sekitar delapan hingga sembilan hari sebelum kembali ke Tanah Air.

sumber : www.seputar-indonesia.com

No comments:

Post a Comment

browser info

IP

technorati

Add to Technorati Favorites